"Saya dulu juga kesakitan. Tak sampai lima menit, kaki saya angkat agar tidak digigiti. Tapi, kemudian saya masukkan lagi ke air," ujar Sovie (38) yang sudah dua kali datang untuk terapi ikan, yang pada kunjungan kedua dia bahkan mengajak mertua dan saudaranya untuk mencoba.

Sovie meyakini, setelah terapi ikan, kakinya terasa lebih segar dan bersih. Bahkan, rasa pegal yang hinggap di betis hingga telapak kakinya tiba-tiba memudar. Dia pun mengajak mertuanya yang mengidap rematik pada kaki kanan. Saat kedua kaki mertuanya dicelupkan, ikan-ikan itu ternyata hanya mengerubungi kaki yang kanan.

Keyakinan yang tersebar dari mulut ke mulut inilah yang membuat Kolam Cigugur ramai dikunjungi tujuh bulan terakhir. Setiap hari sekitar 200 orang berkunjung, dan saat akhir pekan mencapai 500 orang. Padahal, jumlah pengunjung harian rata-rata biasanya di bawah 100 orang.

 
Menurut Apid (51), pengelola Kolam Cigugur, terapi ikan nilem mangut tak sengaja ditemukan beberapa pemuda Cigugur yang berendam di kolam setelah bermain voli. Tiba-tiba, ikan-ikan nilem berebut menggigiti tubuh mereka. "Ada yang nyeletuk, kok seperti terapi ikan di Jakarta. Sejak saat itu, kami mulai menawarkan kepada pengunjung untuk mencoba terapi ikan nilem mangut," ujar Apid

Dua-tiga bulan pertama, yang mencoba baru orang sekitar Cigugur dan Kuningan. Kini pengunjung dari Bandung, Indramayu, Cirebon, dan kota lain turut menikmati sensasi terapi ikan ini. Pengunjung pun ada yang rutin seminggu sekali datang berendam dan terapi ikan. Maklum, biaya masuk ke obyek wisata dan berendam sepuasnya hanya Rp 3.500 per orang.

 
Dinginnya air di kolam menambah kesegaran setelah terapi ikan. Udara sejuk juga embusan angin pegunungan tak akan diperoleh jika melakukan terapi serupa di mal di kota besar. Menjerit, berteriak, atau tertawa keras karena kesemutan "digelitiki" ikan juga bisa menjadi cara melepaskan stres dan penat di otak.

Sabtu, 27 Maret 2010 | 14:08 WIB

Oleh Timbuktu Harthana